Injil Menurut Lukas

Penulis

Walau kitab ini anonim, para sarjana tampaknya sepakat dalam memutuskan Lukas sebagai penulis Injil ini. Sejarahnya bermula saat Iranaeus pertama kali menyebutkan nama Lukas sebagai penulis Injil ini sekitar tahun 180 M., Tetapi tidak berarti seluruh pihak setuju terhadap pendapat tersebut, Marcion bahkan menganggap kitab ini sebagai karya Paulus. Hal ini dikarenakan sebagaimana Injil-Injil lainnya, Injil ini hanya memberi sedikit petunjuk mengenai identitas penulisnya bahkan anonim. Lukas tidak hanya menyumbangkan satu kitab dalam Bible, ia diduga kuat turut menulis kitab Kisah para Rasul (Acts of the Apostle), kitab kedua ini mengisahkan perkembangan Yesus pasca kematian Yesus dengan Paulus sebagai tokoh utamanya.

Dari seluruh penulis Injil, tampaknya Lukas merupakan penulis yang paling sedikit mendapatkan kritik mengenai kepenulisannya. Ia menulis Injilnya berdasarkan sumber-sumber yang berhasil ia kumpulkan, dalam hal ini ia berperan sebagai sejarawan. Lalu apakah Lukas berhasil menjadi sejarawan yang objektif ? kita tidak perlu terburu-buru menjawab pertanyaan ini. Sebagaimana kita lihat nanti, Lukas ternyata memuat sejarah kehidupan Yesus sesuai dengan latar belakangnya sebagai gentile Hellenis. Maka tidak aneh apabila kita menemukan perbedaan gaya penulisan dengan karya Matius yang dikenal dekat dengan tradisi Yahudi. Lukas, walaupun berusaha untuk menjadi objektif, dimulai dengan menghindari pendekatan Matius , tetap saja tidak bisa menghilangkan jejak-jejak budayanya dalam karyanya.

Melalui penelitian textual dapat dipastikan, Lukas bukanlah seorang Yahudi melainkan adalah seorang Yunani asli. Walaupun ia bukan seorang Yahudi, tetapi tampaknya ia mengetahui beberapa hal mengenai Perjanjian Lama Septuaginta dan menggunakannya secara lebih bijak daripada Matius. Lukas tidak terlalu tertarik untuk mengutip nubuat-nubuat Perjanjian Lama, yang memang tidak ditujukan kepada Yesus, sehingga kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat Matius tidak terulangi kembali.

Lukas diketahui memiliki hubungan dekat dengan Paulus, beberapa kali Paulus menyebutkan mengenai seorang tabib yang kemungkinan besar adalah Lukas sendiri. Menurut Plummer, Lukas kemungkinan pernah mengenyam pendidikan kedokteran di sekolah terkenal di Tarsus, dan bertemu dengan Paulus di sana. Keterpelajaran Lukas terlihat jelas dari karyanya yang disusun secara hati-hati, berbeda dengan Markus yang kurang memperhatikan kaidah tata bahasa. Mungkin salah satu alasan Lukas dalam menulis Injil ini adalah karena kecewa terhadap kesuksesan Injil Markus atau Injil lain, yang menurutnya kurang bernilai untuk dapat disebut sebagai karya sastra sejati. Sayangnya Lukas tidak tidak pernah melihat ehidupan Yesus secara langsung sepertihalnya Matius (atau Markus yang mendapat materi langsung dari Petrus). Lalu sumber apakah yang Lukas gunakan ? Kita tidak tahu secara pasti, tetapi ia tentu akan menggunakan sumber-sumber yang beragam, entah apakah Injil Matius atau Markus termasuk di dalamnya. Lukas tidak mendapat inspirasi dari Roh Kudus karena ia tidak mengakuinya, tepatnya pada pembukaan Injil ini.

“Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.”(Lukas 1:1-4)

Dari pembukaan itu saja sudah dapat kita simpulkan bahwa Lukas telah mengetahui perihal peredaran Injil-Injil mengenai Yesus pada jaman itu, dan kemudian ia berinisiatif untuk menyusun suatu Injil tandingan yang lebih sistematis dan lebih bermutu. Lukas mempersembahkan Injil ini kepada Theofilus, tidak diketahui siapa Theofilus itu sebenarnya. Nama tersebut memang pernah muncul dalam surat-surat Eusebius, tetapi Theofilus tersebut adalah seseorang yang hidup pada sekitar pertengahan abad kedua. Bila memang Theofilus inilah yang dimaksud Lukas, maka tentunya waktu penulisan Injil ini adalah sekitar awal atau pertengahan abad kedua. Tetapi kasus ini tidak pernah dipermasalahkan mengingat kemungkinan adanya Theofilus lain yang hidup pada masa Injil Lukas  ditulis (sekitar tahun 75-85 M.). Tetapi siapapun Theopilus ini, pastilah ia seseorang yang sangat istimewa sampai-sampai Lukas mau bersusah payah menyusunkan Injil kepadanya. Sebenarnya, melalui gaya penulisannya sudah dapat dipastikan bahwa Lukas tidak pernah bermaksud  menulis suatu kitab suci untuk suatu umat, khususnya umat Kristiani. Ia menulis karya ini sebagai seorang sejarawan dan menujukannya kepada seorang yang ia hormati.

Waktu dan Tempat

Melalui  Prolog dalam Injilnya saja, kita dapat memperkirakan kapan Lukas menulis Injil ini, yaitu pada saat dimana “para saksi mata dan pelayan Firman”, atau pengikut Yesus awal sukar untuk ditemukan, dengan kata lain telah punah. Lukas tampaknya sudah tidak lagi memiliki akses untuk bertemu dengan para murid Yesus, sehingga terpaksa ia menggunakan sumber Matius, Markus (?) dan sumber-sumber lainnya. Walaupun saya kurang sependapat terhadap beberapa pandangan bahwa Lukas menggunakan Injil Markus sebagai rujukan utama, dan menyampingkan Injil Matius, tapi biarlah, kita anggap saja Lukas hanya menggunakan Injil Markus. Lukas tidak begitu saja menyalin segala sesuatunya dari Injil Markus, tampaknya ia telah “menyelidiki secara saksama” berbagai sumber lain (“Q”?) untuk melengkapi bahan yang ia dapat dari Injil Markus, mungkin sumber-sumber oral. Tidak diketahui secara pasti apakah Lukas pernah membaca Injil Matius apa belum,  tapi sepertinya tidak ada indikasi bahwa Lukas pernah memakai Injil Matius sebagai acuan. Entah ia pernah mengetahuinya tetapi tak bersedia membacanya, atau memang tidak pernah mengetahuinya. Bila benar bahwa Lukas tidak pernah menggunakan Injil Matius, maka waktu penyusunan Injil Lukas tidak akan terpaut jauh dari penyusunan Injil Matius sesuai pandangan kebanyakan sarjana, yaitu sekitar tahun 80 M.. Melalui pengandaian Injil Markus ditulis sekitar tahun 70 M. dan Matius sekitar tahun 80 M., maka Injil Lukas tampaknya rampung kekitar tahun 80-100 M.. Penentuan waktu di atas akhir abad pertama tampaknya tidak mungkin mengingat dugaan bahwa Lukas pernah  menemani perjalanan Paulus di pertengahan abad pertama, kecuali Lukas berumur seabad lebih. Bila kemudian muncul pertanyaan, Mengapa Lukas harus menunggu puluhan tahun untuk menulis Injilnya ? Jawabannya cukup sederhana, pertama mengingat Lukas merupakan umat Kristen generasi kedua yang berasal dari kaum gentile didikan Paulus. Kedua, ia mungkin menghabiskan waktu cukup lama demi mengumpulkan berbagai sumber kehidupan Yesus yang jumlahnya tinggal sedikit. Kejadiannya akan berbeda apabila Lukas mendapatkan inspirasinya melalui Roh Kudus, ia tentunya akan dapat merampungkan Injil ini hanya dalam waktu satu hari saja.

Mengenai tempat penulisan tampaknya para sarjana menemukan kesepakatan. Lokasi yang paling memungknkan adalah Roma atau sekitarnya, mengingat Lukas menulis Injil ini dengan bahasa Yunani. Sedangkan dalam naskah Anti-Marcion disebutkan, Lukas menulis Injilnya di daerah Achaia.

Karakteristik Lukas

Dalam hubungannya dengan Injil sinoptik lainnya, menurut Farrar, dari 1151 ayat dalam Lukas, 389 ayat sejalan dengan Matius dan Markus, 176 sesuai dengan Matius sendiri,  41 yang sesuai dengan Markus sendiri, dan menyisakan 544 yang tidak sejalan dengan Matius maupun Markus. Penggunaan bahasa dalam Lukas lebih halus dibandingkan kedua Injil lainnya dengan hanya sedikit menggunakan idiom-idiom Yahudi. Injil ini juga mengandung sekitar dua puluh delapan rujukan terhadap Septuaginta.

Beberapa bagian dalam Injil ini juga tampaknya sejalan dengan surat-surat Paulus, mengindikasikan adanya hubungan antara penulis Injil ini dengan Paulus. Sedangkan dalam hubungannya dengan kedua Injil sebelumnya, Saat Lukas menggunakan sumber Markus, ia juga akan sejalan dengan Matius (walaupun tidak identik). Perbedaan mungkin terjadi akibat Matius mengadopsi bahan Markus dari sudut pandang Yahudi, sedangkan Lukas dari sudut pandang non-Yahudi. Dalam lain hal, saat Lukas berusaha menjelaskan bahan yang tidak terdapat dalam Markus, ia akan berkontradiksi dengan Matius. Contoh yang paling jelas adalah saat Lukas berusaha menerangkan silsilah Yesus.

Versi Matius Versi Lukas
Matius tidak menarik silsilah dari Adam Adam

Set
Enos
Kenan
Mahalalel
Yared
Henokh
Methuselah
Lamekh
Nuh
Sem
Arpakhsad
Kenan
Salmon
Eber
Peleg
Rehu
Serug
Nahor
Terah

Abraham
Ishak
Yakub
Yehuda
Peres
Hezron
Ram
Amminadab
Abraham
Ishak
Yakub
Yehuda
Peres
Hezron
Ram

Amminadab

Nahshon Nahshon
Salmon
Boaz
Obed
Isai
Daud
Salmon (atau Sala)
Boaz
Obed
Isai
Daud
Salomo
Rehoboam
Abia
Asa
Yosafat
Yoram
Uzia
Yotam
Ahas
Hizkia
Manasye
Amon
Yosia
Yekhonha

(hubungan terputus di sini)

Natan
Matata
Mina
Melea
Elyakim
Yonam
Yusuf
Jehuda
Simeon
Lewi
Matat
Yorim
Eliezer
Yesua
Er
Elmadam
Kosam
Adi
Malkhi
Neri
Sealtiel
Zerubbabel
Sealtiel
Zerubbabel
Abihud
Elyakim
Azor
Zadok
Akhim
Eliud
Eleazar
Matan
Yakub
Resa
Yohanan
Yoda
Yosekh
Simei
Matica
Maath
Nagai
Hesli
Nahum
Amos
Matica
Yusuf
Yannai
Malkhi
Lewi
Matat
Eli
Joseph (Yusuf)
Yesus
Joseph (Yusuf)
Yesus

Entah versi siapa yang benar, tetapi tampaknya Lukas tidak tertarik untuk menggunakan permainan angka Yahudi yang mengakibatkan terpotongnya beberapa generasi seperti yang dilakukan Matius. Dalam usahanya menjelaskan kontradiksi yang terdapat dalam kedua versi ini, Beberapa sarjana Kristen mengatakan, Matius menarik silsilah dari garis Maria dan Lukas dari Yusuf. Kita tidak perlu mengomentari alasan yang tidak masuk akal ini. Pandangan ini tampak sangat mengada-ada, karena jelas sekali kedua penulis Injil menarik garis keturunan Yesus dari Yusuf. Silsilah ini seharusnya tidak perlu ada sebagaimana kita ketahui bahwa Yesus lahir tanpa campur tangan lelaki atau  ayah. Dan bagi yang mempercayai Yesus sebagai anak Tuhan, tampaknya kedua silsilah tersebut sama sekali tidak menempatkan nama “Tuhan”. Keduanya menempatkan Yesus sebagai manusia biasa yang memiliki silsilah manusia biasa yang kebetulan berhubungan dengan dinasti raja Daud. Ini menjelaskan adanya darah biru dalam darah Yesus dan Yohannes pembaptis.

Kepenulisan Lukas tidak selamanya diakui. Lebih jauh lagi, berdasarkan banyaknya penyebutan terhadap peran wanita dalam Injil ini, Randel Helms bahkan berani berpendapat bahwa penulis Injil ini adalah seorang wanita. Dalam karya-karya Lukas memang terdapat banyak penyebutan nama wanita seperti  Elizabeth, Maria, Anna, Janda Sarepta, janda Naian, Joanna, Susanna, Maria  Magdalene, Martha, ratu Sheba, Ibu Markus, Sapphira, Rhoda, Lydia, Tabitha, Damaris, Priscilla, adik Paulus, Drusilla, Bernice; dll.. Hal tersebut membuktikan bahwa siapapun penulis Injil Lukas ini. Ia memiliki ketertarikan terhadap peranan wanita dibandingkan dengan penulis Injil lain. Lukas menggunakan kata latin untuk “wanita” sekitar delapan kali, Matius dan Johannes sstu kali, Markus tidak pernah sama sekali. Jika dalam Matius pengumuman kelahiran Yesus ditujukan kepada Yusuf, “…Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus”(Mat 1:20). Sedangkan dalam Lukas, yang menerima pengumuman adalah Maria,”… Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah, Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus’(Lukas 1:30-31).

Pembahasan lanjut mengenai Lukas akan dibahas pada bagian “Kisah Para Rasul” yang diduga kuat turut ditulis olehnya.

Permasalahan dalam Lukas

Bagian di atas sudah menyebutkan sedikit permasalahan dalam Injil Lukas. Permasalahan tersebut sangat berhubungan dengan metode penulisan yang Lukas gunakan. Ada beberapa permasalahan penting lain yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh, perhatikanlah ayat berikut :

Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.”
Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,
dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Kamu adalah saksi dari semuanya ini
.” (Luk 24:44-48)

Dalam bagian tersebut Lukas menyatakan bahwa “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga”, Tampaknya Lukas telah mengulangi kesalahan sejenis yang beberapa kali terjadi pada Injil Matius, Lukas telah menyebutkan nubuat yang tidak pernah ada ! Tidak ada satu bagian dari kitab Perjanjian Lama manapun, tidak ada dalam “Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” , yang menyebutkan bahwa  “…Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga”, kitab Perjanjian Lama manakah yang digunakan Lukas ? atau ia hanya mengarang sendiri nubuat ini, pastinya Lukas telah membuat kesalahan dalam usahanya  untuk “…membukukannya dengan teratur bagimu supaya engkau dapat mengetahui”. Keahlian dan keunggulan Lukas dalam menyusun Injil ternyata tidak membuatnya kebal terhadap masalah.

Dalam beberapa kasus tampaknya Lukas mendistorsi sumber yang ia gunakan, yang tidak lain adalah Injil Markus. Improvisasi yang dilakukan Lukas mulai terlihat saat ia menggambarkan peristiwa pembaptisan Yesus (Luk 3:19-22) , kisah ini paralel dengan (Mark 1:9-11 Mat 3:13-17), bandingkanlah ketiga versi berikut :

Markus 1:9-11 Matius 3:13-17 Lukas 3:19-22
Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya.
Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?”
Akan tetapi setelah ia menegor raja wilayah Herodes karena peristiwa Herodias, isteri saudaranya, dan karena segala kejahatan lain yang dilakukannya,
raja itu menambah kejahatannya dengan memasukkan Yohanes ke dalam penjara.
Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanespun menuruti-Nya. Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit
Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Terdapat keganjilan pada versi Lukas, pertama-tama Lukas tidak menyebutkan perihal pembaptisan Yesus oleh Johannes. Johannes digambarkan seakan-akan tengah berada dalam penjara saat Yesus dibaptis (3:19-20). Kedua, saat menggambarkan Roh Kudus yang menghampiri Yesus saat dibaptis. Markus jelas dalam menyebutkan bahwa Roh Kudus tersebut  “…seperti burung merpati turun ke atas-Nya.” Sedangkan Matius juga sejalan dengan Markus saat menyebutkan “Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya”. Jelas sekali cara Markus dan Matius menggambarkan peristiwa turunnya Roh Kudus dengan menggunakan kata “seperti” burung merpati.  Mereka tidak menyebutkan burung merpati sebagai bentuk pasti Roh Kudus tersebut, melainkan perisitwa turunnya  Roh Kudus-lah yang seperti burung merpati. Lukas menggambarkan kejadian yang sama dengan redaksi kata yang berbeda, ia menyatakan bahwa Roh Kudus turun “…dalam rupa burung merpati ke atas-Nya” , Lukas melihat Roh Kudus yang sama dalam bentuk sebagai burung  merpati ! Tampaknya ia membayangkan Roh Kudus turun ke bumi dalam bentuk fisik seekor merpati, ini mungkin memenuhi latar belakangnya sebagai seorang Hellenis, yang membayangkan Tuhan dapat mengambil bentuk mahkluk hidup. Bayangan ini berhasil menempel dengan segar di kepala tiap-tiap orang Kristen selama ini, dimana Roh Kudus selalu digambarkan dalam bentuk burung merpati. Anda dapat melihatnya di berbagai ornamen dan hiasan-hiasan Natal, padahal Tuhan dalam Perjanjian Lama mengutuk orang-orang yang membuat patung-patung berhala.

Berbeda dengan Matius yang membatasi misi Yesus hanya untuk kaum Israel, Lukas memilih menghilangkan batas tersebut. Dalam usahanya menggambarkan tokoh Yesus sebagai tokoh universal yang diutus kepada kaum Yahudi maupun Gentile, Lukas telah melakukan modifikasi terhadap keterangan yang dimuat dalam Injil Markus, kisah kali ini mengenai penyembuhan seorang penderita  kusta. Dalam Markus 1:40-45 dikisahkan mengenai Yesus yang mendatangi kota Galilea dan menyembuhkan orang-orang sakit di sana, salah satunya adalah penderita kusta. Lukas kali ini berusaha menceritakan kisah yang hampir sama persis (Luk 17:11-16), kejadiannya saat Yesus menyusuri perbatasan Samaria  dan Galilea. Di tengah perjalanan, Yesus didatangi oleh beberapa orang yang meminta bantuannya demi kesembuhan, Ia pun kemudian menuruti keinginan orang-orang tersebut. Tetapi dalam Lukas disebutkan bahwa orang tersebut adalah orang Samaria, pertanyaan kemudian muncul, sejak kapan Yesus bersedia untuk menjalankan misi di kalangan masyarakat Samaria sedangkan ia memperingati murid-muridnya untuk “…Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat 10:5-6). Apakah Yesus tidak konsisten terhadap perintahnya ? Tidak hanya itu, Beberapa bagian dalam pasal terakhir turut dicurigai sebagai penyusupan, contohnya saat penggambaran peristiwa “kenaikan” Yesus. Peristiwa besar tersebut ternyata hanya dimuat oleh Lukas, sedangkan adegan peristiwa tersebut dihilangkan dalam Injil Markus karena diduga palsu (Mark 16:19). Bagaimana mungkin konsep “kenaikan” yang juga merupakan salah satu pilar agama Kristen, memiliki dalil yang tidak jelas dalam kitab sucinya sendiri ?  Sedangkan keterangan mengenai Yesus yang mengutuk pohon ara tidak pernah absen.

Lukas tentu saja berkepentingan untuk dapat mengambil pengikut dari kalangan Gentile, walaupun demi hal tersebut ia harus merubah kisah Yesus dan menciptakan kontroversi-kontroversi dengan Injil lainnya. Muatan yang dikandung Injl Lukas ternyata sangat subjektif sehingga tidak dapat disebut sebagai karya sejarah yang “sempurna”.

  • Tulisan terbaru, sehangat batagor yang baru digoreng

  • PENGUMUMAN!!! Blog ini tidak memiliki afiliasi dengan organisasi berikut

    Kelompok Teroris Sadness Liberation Army (SLA)

  • NEW PRODUCT!

    Sehat Kuat bagai Hansip!

  • Blog bebas iklan dan pornografi